Bagaimana keganasan kanker ini akan lebih mudah dimaklumi dengan memperhatikan informasi yang disampaikan oleh WHO. Menurut World Health Organization atau badan kesehatan dunia tersebut setiap tahun terdapat 490.000 wanita didunia yang terkena kanker serviks. Setiap menit seorang wanita terserang kanker serviks dan setiap dua menit seorang wanita meninggal akibat penyakit kanker tersebut.
Di Indonesia diperkirakan setiap hari terdeteksi sekitar 40 wanita yang terserang kanker serviks dan sekitar 20 wanita meninggal dunia. Artinya, setiap bulan rata-rata 600 wanita meninggal akibat serangan kanker serviks. Jumlah itu masih belum termasuk penderita yang tinggal di pelosok dan desa-desa tertinggal yang masih belum memiliki akses pelayanan kesehatan yang layak.
Masih terbatasnya wanita yang melakukan pendeteksian dini selain karena kurangnya wawasan dan kesadaran terhadap kesehatan juga karena kanker leher rahim pada stadium awal biasanya tanpa gejala apapun.
Salah satu penyebab kanker serviks seperti dikutip dari MamaCantik.web. id, sehingga penyakit ini dinobatkan sebagai pembunuh wanita nomor satu adalah gejala kemunculannya tidak selalu terlihat atau dirasakan penderita dengan jelas. Sering kali, kemunculan gejala terjadi saat kanker sudah memasuki stadium akhir ketika penderita mengalami pendarahan yang tidak normal dari vagina. biasanya terjadi setelah berhubungan seks, di luar masa menstruasi atau setelah menopause.
Jika kanker sudah menyebar, peluang pulih total akan berkurang. Pada kasus kanker serviks yang tidak bisa disembuhkan, biasanya dilakukan perawatan paliatif yang berfungsi untuk memperlambat penyebaran kanker, memperpanjang usia pasien dan mengurangi gejala yang muncul, misalnya rasa sakit dan pendarahan vagina.
Pencegahan paling efektif dan paling murah tetapi paling enggan dilakukan oleh para wanita adalah pencegahan dini kanker serviks yang dilakukan dengan pap smear. Di kalangan masyarakat yang sudah maju, pendeteksian ini sudah menjadi kebiasaan sehingga menurunkan banyak kasus kanker serviks. Sedangkan vaksinasi HPV masih terbilang mahal setidaknya untuk negara berkembang.